Perbandingan ini menunjukkan bahwa meskipun kedua negara memiliki tujuan yang sama dalam memanfaatkan teknologi untuk pendidikan, tingkat kesiapan, infrastruktur, dan kebijakan yang diterapkan sangat berbeda. Singapura lebih maju dalam implementasi teknologi pembelajaran, sementara Indonesia masih menghadapi tantangan yang cukup signifikan. Pembelajaran etnobiologi di Singapura dan Indonesia menekankan integrasi pengetahuan budaya lokal ke dalam pendidikan sains, meningkatkan pemahaman siswa tentang sumber daya hayati dan pengelolaannya yang berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya menumbuhkan literasi ilmiah tetapi juga melestarikan warisan budaya. Sementara fokus pada etnobiologi dalam pendidikan
kuat di Indonesia, pendekatan Singapura mungkin berbeda karena konteks multikulturalnya, yang berpotensi mengarah pada penerapan prinsip-prinsip
etnosains yang lebih umum di berbagai latar belakang budaya. Secara lengkap dapat materi dapat diakses dalam: https://drive.google.com/file/d/1sAzTMDS_ztUX9s7f4Stn2KIaZvrlCm7V/view